Sunday, September 20, 2009

Mulsa

oleh: Ikhsan hasibuan, MSc
email: ikhsan.hasibuan@gmail.com

Mulsa adalah komponen penting dalam sistem pertanian berkelanjutan. Pada awal sejarahnya, sistem mulsa banyak digunakan petani anggur untuk mengurangi gulma yang tumbuh di antara baris jalur pertanaman anggur. Cara ini kini banyak diterapkan di sistem pertanam yang lain.

Manfaat pemberian mulsa yaitu:

1. Mengurangi penyiraman, karena penguapan air dari tanah menjadi berkurang
2. Menjaga suhu tanah lebih stabil. suhu di sekitar perakaran tetap sejuk hingga akar bisa bekerja lebih optimal.
3. Pengendali gulma
4. Mengurangi erosi air atau angin
5. Menambah keindahan lahan pertanian
6. sebagai sumber hara

Mulsa terbagi 2 jenis; organik dan inorganik. Mulsa organik antara lain jerami, serasah, kompos, atau segala sesuatu yang berasal dari mahluk hidup. Mulsa inorganik misalnya batu dan lembaran plastik.
Penggunaan mulsa inorganik biasanya ditujukan utamanya untuk pengendalian gulma.

Mulsa inorganik masih dalam perdebatan apakah masuk kategori pertanian berkelanjutan atau bukan, tergantung bahan yang digunakan. Mulsa plastik misalnya sangat sulit untuk dianggap berkelanjutan karena pembuatan plastik bukanlah cara yang tidak merusak lingkungan. Mulsa batu adalah contoh mulsa inorganik yang sustainable.

Olah Tanah Konservasi

oleh: Ikhsan hasibuan, MSc
email: ikhsan.hasibuan@gmail.com

Tujuan dari Olah Tanah Konservasi (OTK) adalah mengurangi intensitas pengolahan tanah. Cara yang lazim digunakan adalah dengan menggunakan herbisida untuk membunuh gulma dan menyiapkan lahan hingga mungkin untuk dilakukan penanaman. OTK akan efektif hanya bila ada alat pertanian yang menunjang yaitu alat tanam benih (seeder atau planter).

Walaupun disatu sisi OTK bisa mengurangi kerusakan fisik tanah, namun penggunaan herbisida memacu kerusakan kimia dan biologis tanah disamping membutuhkan biaya untuk membeli herbisida dan dana untuk investasi membeli/menyewa alat tanam/seeder dan traktor.

Pengalaman penulis bersama Monsanto Indonesia sebagai perusahaan yang paling giat mensosialisasikan sistem pertanian ini di Indonesia, membuktikan terjadi hasil pertanian tidak berbeda dari sistem olah tanah intensif (0TI), bahkan pada beberapa kasus hasil produksi dengan OTK lebih tinggi dibanding OTI.

Peningkatan produsi dengan OTK dimungkinkan karena pemanfaatan jerami atau seresah sisa tanaman yang mati oleh herbisida, mati dan hancur hingga mensupport hara tanah. selain itu serasah ini juga berfungsi menghambat terjadinya erosi tanah, penguapan air tanah, dan mengurangi kerusakan tanah akibat tetesan hujan. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan sistem ini disebut pertanian konservasi, karena mengkonservasi atau memperbaiki kualitas tanah.

Kerusakan biologis tanah seperti disebut diatas bisa dikurangi dengan memilih herbisida yang tepat. Penggunaan herbisida Roundup misalnya terbukti tidak banyak mempengaruhi biologis tanah. secara tidak langsung bahkan bisa menambah jumlah organisme tanah karena adanya tambahan hara dari serasah yang mati dibunuh Roundup. Dengan peningkatan hara dan organisme tanah dengan sendirinya kesuburan tanah pun meningkat.

Hambatan besar dari penerapan sistem ini di Indonesia adalah kemampuan petani untuk memiliki traktor dan alat tanam/seeder. Luasan lahan pertanian yang sempit juga jadi kendala. Ide untuk memiliki alat bersama pun tidak mudah, mengingat kondisi sosial dan ekonomi petani yang tidak merata, misalnya kesadaran memelihara barang milik bersama masih rendah. Hal ini bukan hanya terjadi di petani tetapi di sebagian besar masyarakat Indonesia.

Pengolahan Tanah Minimal

oleh: ikhsan hasibuan MSc
email: ikhsan.hasibuan@gmail.com

Pengolahan tanah sangat sulit dipisahkan dalam pertanian organik. Gulma adalah salah satu penyebabnya. Karena penggunaan herbisida dilarang dalam pertanian organik, maka pengolah gulma secara mekanik adalah alternatif yang banyak dilaksanakan, yaitu dengan mencangkul atau mengolah tanah untuk mematikan gulma.

Pengolahan tanah memang membantu memperbaiki struktur dan aerasi tanah, juga membunuh bibit penyakit di dalam tanah. Namun pengolahan tanah perlu dicermati karena bisa menimbulkan banyak masalah antara lain:

1. rusaknya profil tanah
ketika tanah diolah, maka lapisan tanah yang kayak hara akan berpindah dan bercampur dengan lapisan tanah yang lebih dalam. Hal ini bisa menciptakan lapisan keras yang bisa menggangu penetrasi air dan akar ke dalam tanah.

2. perubahan pola dranase tanah
3. rusakanya perakaran tanaman
4. penggunaan mesin pertanian bisa menyebabkan pemadatan tanah
5. pengolahan tanah dapat merangsang perkecambahan benih gulma
6. pengolahan tanah menyebabkan biji gulma tersimpan di dalam tanah yg dapat berkecambah bila tanah diolah kembali.
7. Hilangnya lapisan tanah karena erosi utamanya karena air.

Jenis Sistem Pertanian dalam Konsep Pertanian Berkelanjutan

oleh: Ikhsan Hasibuan, MSc.
email: ikhsan.hasibuan@gmail.com

Ada beberapa sistem pertanian yang termasuk dalam lingkup pertanian berkelanjutan (sustaniable agriculture) yaitu:

1. Sistem pertanian berinput rendah (low input farming system)
Sistem ini bertolak dari fakta bahwa kerusakan lingkungan disebabkan oleh banyaknya jumlah input yang digunakan petani. Juga karena tingginya biaya produksi pertanian. Dengan sistem ini petani menggunakan seminimal mungkin jumlah input (pupuk, pestisida, bahan bakar, tenaga kerja, uang) sehingga biaya produksi pun dapat ditekan sekecil mungkin. Demikian juga dengan efek negatif bahan-bahan input tersebut ke lingkungan menjadi lebih kecil.

2. Sistem pertanian regenerative
Prinsip dalam sistem ini adalah memberikan kesempatan pada lahan untuk meregenarasi (memperbaiki) dirinya sendiri setiap selesai panen.
Cara yang digunakan adalah dengan menambahkan pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk hijau ke tanah setiap selesai panen.
Sistem ini mendukung sistem pertanian low input (point 1 diatas). dengan penambahan pupuk organik setelah panen, maka kesediaan hara tanah lebih banyak dan petani hanya perlu memberikan input tambahan yang diperlukan saja.

3. Sistem Pertanian biodynamic
Sistem ini masih banyak diterapkan oleh petani-petani di Jerman. Sepengalaman saya, sistem ini adalah sistem yang paling berat, paling rumit, paling butuh banyak ilmu pengetahuan dan skill, namun sangat ramah lingkungan dan produknya pun sangat sangat sehat. Tingkatannya adalah paling tinggi diantar semua jenis pertanian ramah lingkungan bahkan diatas sistem pertanian organik.
Prinsip dalam pertanian ini adalah memobilisasi mekanisme biologis tanah. Petani bekerja sama dengan organisme tanah misalnya bakteri dan cacing tanah yang bekerja memecah bahan organik menjadi unsur hara yang berguna dan tersedia bagi tanaman.
Sistem ini sama sekali tidak menggunakan bahan kimia apapun.

4. Sistem pertanian organic.
Prinsip dalam sistem ini adalah mengharamkan penggunaan bahan kimia apapun jenisnya mulai dari pemilihan benih sampai pasca panen. Di Eropa, sistem pertanian organik adalah sistem yang paling cepat pertumbuhannya dewasa ini karena sistem ini didukung oleh pemerintah dan universitas-universitas utama Eropa. Demikian juga dengan rakyat Eropa yang makin sadar kesehatan dan lingkungan.
Di Indonesia sendiri, dalam pengamatan saya sistem ini sangat lambat pertumbuhannya. Sikap pemerintah yang menganaktirikan pertanian adalah faktor utamanya selain kemampuan daya beli masyarakat yang masih tergolong rendah. Namun faktanya sejumlah supermarket besar mengimpor produk organik dari negara luar seperti australia, jepang, dll. Ini menunjukkan bukti bahwa pasar organik Indonesia masih terbuka.

5. Sistem pertanian Konservasi
Prinsipnya adalah mengkonservasi sumberdaya yang telah tersedia di lahan pertanian misalnya peningkatan sumber daya saluran air, sudut kemiringan tanah, kontur, ketebalan topsoil agar senantiasa ditingkatkan kualitasnya.

6. Hidroponic
Yaitu sistem pertanian yang memisahkan tanah dari tanaman. Sistem ini mengontrol sepenuhnya pertumbuhan tanaman baik dari segi hara, suhu, cahaya dll. Hidroponik bukan sistem pertanian yang alami, karenanya sistem ini diharamkan dalam sistem pertanian organik. Keuntungan sistem ini adalah penghematan dalam luas lahan dan penggunaan pestisida. Namun dibutuhkan lebih banyak nutrient, tenaga kerja, energi dan biaya. Sistem ini adalah penyumbang kerusakan lingkungan terbesar dibanding sistem pertanian lainnya karena penggunaan energy untuk menghangatkan/mendinginkan ruangan.

7. Polikultur (polycultures)
Polikultur adalah lawan dari sistem pertanian monokultur. sistem ini muncul karena akibat negatit penerapan monokultur misalnya meledaknya hama dan penyakit hingga menyebakan kegagalan panen total.
dalam sistem polikultur, petani mengusahakan banyak jenis dan varitas baik tanaman maupun ternak.